B. Bentuk dan Skenario Tindakan
Gagas pendapat mengenai tindakan
apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi akan menghasilkan banyak
alternatif tindakan yang dapat dipilih.
Dosen dan guru perlu membahas
bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa yang kira-kira paling
dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam
tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan
disusun bersama oleh dosen dan guru.
Tindakan yang dipilih dapat disebutkan
sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan siswa membaca materi pelajaran
10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan salah satu bentuk
media pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep, penggunaan lingkungan
sekitar sekolah, penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat pula dalam
bentuk suatu strategi pembelajaran (misalnya strategi pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw atau STAD atau TGT atau GI, strategi pembelajaran berbasis masalah
dan seterusnya). Contoh tindakan untuk rumusan masalah di atas: problem posing
.
Bagaimana tindakan tersebut akan
dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan dengan cermat. Perencanaan
pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran (RP) atau
dalam bentuk Skenario Pembelajaran. Dalam makalah ini dilampirkan (Lampiran 2)
contoh salah satu RP untuk pembelajaran dengan Problem Posing (Chotimah dkk.,
2005).
C. Pengembangan Instrumen untuk
Mengukur Keberhasilan Tindakan
Instrumen yang diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah
PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua
sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
1. Dari sisi proses
Dari sisi proses (bagan alirnya),
instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yang berkaitan dengan input
(kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil).
a. Instrumen untuk input
Instrumen untuk input dapat
dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar masalah beserta pendukungnya.
Misalnya: akar masalah adalah bekal awal/prestasi tertentu dari peserta didik
yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal dapat menjadi instrumen yang
tepat. Di samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen pendukung yang
mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya: format peta
kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal, dst.
b. Instrumen untuk proses
Instrumen yang digunakan pada
saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih untuk
dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat digunakan. Akan tetapi,
format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih.
c. Instrumen untuk output
Adapun instrumen untuk output
berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan
(pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta didik berkisar pada angka
50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk
dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
2. Dari sisi Hal yang Diamati
Selain dari sisi proses (bagan
alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari sisi hal
yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen
untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas
(observing classroom), dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing
students) (Reed dan Bergermann,1992).
a. Pengamatan terhadap Guru
(Observing Teachers)
Pengamatan merupakan alat yang
terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang
diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa
terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan
anekdotal (anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan
pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian
di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan
itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan
anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus.
Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu:
1) pengamat harus mengamati
keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas,
2) tujuan, batas waktu dan
rambu-rambu pengamatan jelas,
3) hasil pengamatan dicatat
lengkap dan hati-hati, dan
4) pengamatan harus dilakukan
secara objektif.
Beberapa model catatan anekdotal
yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam PTK,
antara lain:
a) Catatan Anekdotal Peristiwa
dalam Pembelajaran (Anecdotal Record for Observing Instructional Events),
b) Catatan Anecdotal Interaksi
Guru-Siswa (Anecdotal Teacher-Student Interaction Form),
c) Catatan Anekdotal Pola
Pengelompokan Belajar (Anecdotal Record Form for Grouping Patterns),
d) Pengamatan Terstruktur
(Structured Observation),
e) Lembar Pengamatan Model
Manajemen Kelas (Checklist for Management Model),
f) Lembar Pengamatan Keterampilan
Bertanya (Checklist for Examining Questions),
g) Catatan Anekdotal Aktivitas
Pembelajaran (Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-Teaching Activities)
,
h) Catatan Anekdotal Membantu Siswa
Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving Students), dsb.
b. Pengamatan terhadap Kelas
(Observing Classrooms)
Catatan anekdotal dapat
dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di
kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan
praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan
itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan
hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi
deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.
Beberapa model catatan anekdotal
kelas yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan dalam
PTK, antara lain:
a) Format Anekdotal Organisasi Kelas
(Form for Anecdotal Record of Classroom Organization),
b) Format Peta Kelas (Form for a
Classroom Map),
c) Observasi Kelas Terstruktur
(Structured Observation of Classrooms),
d) Format Skala Pengkodean
Lingkungan Sosial Kelas (Form for Coding Scale of Classroom Social
Environment),
e) Lembar Cek Wawancara
Personalia Sekolah (Checklist for School Personnel Interviews),
f) Lembar Cek Kompetensi
(Checklist of Competencies), dsb.
c. Pengamatan terhadap Siswa
(Observing Students).
Pengamatan terhadap perilaku
siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu
siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat
berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga
dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan
tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan
terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat
digunakan dalam PTK, antara lain:
a) Tes Diagnostik (Diagnostic
Test) ,
b) Catatan Anekdotal Perilaku
Siswa (Anecdotal Record for Observing Students),
b) Format Bayangan (Shadowing
Form),
c) Kartu Profil Siswa (Profile
Card of Students),
d) Carta Deskripsi Profil Siswa
(Descriptive Profile Chart),
e) Sistem Koding Partisipasi
Siswa (Coding System to Observe Student Participation in Lessons),
f) Inventori Kalimat tak Lengkap
(Incomplete Sentence Inventory),
g) Pedoman Wawancara untuk
Refleksi (Interview Guide for Reflection),
No comments:
Post a Comment