Adapun instrumen lain selain
catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam pengumpulan data PTK dapat
berwujud:
(1) Pedoman Pengamatan.
Pengamatan partisipatif dilakukan
oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan
ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan
lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi
dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004:
19). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku,
aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangaan sebagai salah satu wujud dari
pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau
untuk melukiskan suatu proses .
(2) Pedoman Wawancara
Untuk memperoleh data dan atau
informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim
peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan
fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang
berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan .
Wawancara dapat dilakukan secara
bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi
informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan
dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh
secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula
dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai
pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara
memiliki objektivitas yang tinggi.
(3) Angket atau kuesioner
Indikator untuk angket atau
kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang ingin digali.
(4) Pedoman Pengkajian Data
dokumen
Dokumen yang dikaji dapat berupa:
daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip,
lembar kerja dll.
(5) Tes dan Asesmen Alternatif
Pengambilan data yang berupa
informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan
tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur
asesmen (cf. Tim PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).
Dalam Lampiran 3—17 dicontohkan
beberapa macam instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti (Chotimah dkk.
2005; Tim Biologi SMA Lab. UM 2005)
Instrumen ini dikembangkan pada
saat penyusunan usulan penelitian atau dikembangkan setelah usulan penelitian
disetujui untuk didanai dan dilaksanakan. Keuntungannya bila instrumen
dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah peneliti telah mempersiapkan
diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di
lapangan.
Pengukuran keberhasilan tindakan
sedapat mungkin telah ditetapkan caranya sejak awal penelitian, demikian pula
kriteria keberhasilan tindakannya. Keberhasilan tindakan ini disebut sebagai
indikator keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan tindakan biasanya
ditetapkan berdasarkan suatu ukuran standar yang berlaku. Misalnya: pencapaian
penguasaan kompetensi sebesar 75% ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan
belajar (pada saat dilaksanakan tes awal, nilai peserta didik berkisar pada
angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai 75% diartikan masih perlu
dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
D. Prosedur Analisis dan
Interpretasi Data Penelitian
Dalam PTK, perhatian lebih kepada
kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa metodologi yang dipakai lebih
dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik daripada atas dasar
prediksi di dalam parameter.
1. Analisis Data Penelitian.
Tahap-tahap analisis data
penelitian meliputi:
a. validasi hipotesis dengan
menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu
uji statistik);
b. interpretasi dengan acuan
teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;
c. tindakan untuk perbaikan lebih
lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas.
Analisis dilakukan dengan
menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap
pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman proses
pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan
membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan
dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang
kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa
penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah
perlu dilakukan tindaklanjut
2. Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah
diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian
tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap
tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini
dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah
pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar.
Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi,
triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas
hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi,
mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan
aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah
diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak
terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
3. Interpretasi Data Penelitian
Interpretasi berarti mengartikan
hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini
dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau
penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi
dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima
oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.
4. Penyusunan Laporan Penelitian
Di Bab Hasil dan Pembahasan
Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu menyajikan
paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan
peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal guru dan
siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I,
dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi
kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan
siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang
berisi pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan
data.
Berikutnya berdasarkan temuan
data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1 yang dijadikan dasar untuk
merencanakan tindakan untuk siklus ke 2. Di sini dapat dibandingkan hasil
siklus 1 dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang telah ditetapkan
berdasarkan refleksi awal.
Paparan data siklus dua juga
lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan
paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi
dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat membandingkan hasil
siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1.
Jadi prosedur analisis dan
interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan
meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.
E. Penutup
PTK merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru maupun dosen.
Dalam pelaksanaannya dosen dan guru perlu melakukan segala langkah penelitian
ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri khas
penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan
masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh guru atau
dosen sendiri-sendiri atau seperti dalam pelatihan ini, guru dan dosen dapat
saling berkolaborasi. Tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Refleksi
merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan dalam rangka memecahkan
masalah. Disarankan guru dan dosen dapat secara kolaboratif melakukan tindakan
kelas ini untuk peningkatan keprofesionalannya.
Proposal usulan penelitian
tindakan kelas perlu dibuat sebagai pedoman (tuntunan) dalam melaksanakan
penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya guru peneliti harus
berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor
atau lembaga pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan
penelitian, artikel dan sumber-sumber mengenai penelitian tindakan kelas.
Di hadapan para bapak ibu dosen
yang hadir dalam pelatihan kali ini saya sampaikan harapan masa depan saya
mengenai PTK ini yaitu agar makin banyak guru maupun dosen sains seluruh
Indonesia yang melaksanakan PTK.
Keinginan lainnya adalah agar
dalam pelaksanaan PTK itu dosen dan guru tidak hanya sekedar melaksanakan, tapi
juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan guru dan dosen lain melalui
media komunikasi (majalah) yang sudah ada sekarang. Saya pikir kita juga sudah
punya organisasi profesi sehingga pertemuan periodik antar guru dan dosen untuk
pengembangan profesi dapat direncanakan dan dilaksanakan secara lebih
terjadwal. Melalui pertemuan ilmiah dan majalah ilmiah itu antara para guru dan
dosen bidang studi diharapkan dapat terjadi saling tukar informasi, pengalaman,
dan pemikiran untuk peningkatan keprofesionalan guru dan dosen.
Akhir kata, saya ingatkan kembali
bahwa profesi guru dan dosen adalah profesi yang memerlukan pengembangan
terus-menerus, karenanya setiap guru dan dosen harus selalu siap, mau, dan
mampu untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih mampu
membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar sepanjang
hayat yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru dan dosen yang mau
mengembangkan keprofesionalannya.
No comments:
Post a Comment