Peran
Islam dalam perkembangan iptek dan seni pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma (cara pandang) ilmu pengetahuan dan seni. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam karena Aqidah Islam ini wajib
dijadikan landasan pemikiran bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Bukan berarti menjadikan Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.Jadi ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek
dan mengembangkan seni, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek iptek dan seni telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh
umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Pada
dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”.
Dengan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS) dalam Islam, kita perlu mengembangkannya potensi
dan memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an
dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber daya alam yang
beranekaragam diciptakan untuk kita semua.
Iman menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam
hati dengan mengandung ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan
pengertian iman menurut syari’at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah
dan sifat-sifat-Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan
serta menjauhi segala larangan.
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang
disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu
(science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu
melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila
diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and
science).
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari
zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai
kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak,
melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan
teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan
manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya
ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat
manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi
dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Kesenian islam tidak harus berbicara tentang
islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran berbuat
kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang islami adalah
seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah serta sesuai
dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari
sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju
pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah
Al-islamiyah, 119).
Ada 4 hal pandangan islam dalam etos kerja yaitu:
Niat (komitmen) sebagai dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja
sebagai bentuk keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu
Pengertian yang kita petik dari ayat ini bahwasanya menuntut ilmu pengetahuan
adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu kewajiban. Harus
kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi kebahagiaan dunia
akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama tidak semata ilmu yang
menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang mengarah kepada duniawi.
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan
hukumnya wajib. Jika tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut
menuntut ilmu bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang
yang memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan)
akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan. Dalam Alquran terdapat 620 kata
amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus
didasarkan pada pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang
bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan
oleh ajaran agama (amal saleh).
Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman
Tanggung jawab adalah sebagai perbuatan (hal dan
sebagainya) bertanggung jawab atau sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Istilah
tanggung jawab dalam bahasa Inggris disebut responsibility atau dikenal dengan
istilah populer accountability, dalam bahasa agama disebut hisab (perhitungan).
Penjelasan Alqur-an yang berkaitan dengan
tuntutan tanggung jawab yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan bahwa semua
anggota badan yang meliputi indra pendengaran, penglihatan dan hati harus
dipertanggungjawabkan. Seni adalah keindahan yang merupakan ekspresi ruh dan
budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi
terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Tanggung jawab ilmuwan dan seniman meliputi: (1)
nilai ibadah, (2) berdasarkan kebenaran ilmiah, (3) ilmu amaliah, dan (4)
menyebar-luaskan ilmunya.
Pengertian Ilmu,Pengetahuan,Teknologi dan Seni
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
tangkapan pancaindra dan firasat. Kata ilmu berasal dari bahasa
Arab "alima-ya'lamu. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi
sehingga menghasilkan kebenaran objektif yang sudah diuji kebenarannya dan
dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara sederhana pengetahuan dan ilmu dapat
dijelaskan sebagai berikut: Pengetahuan diartikan
hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab
pertanyaan “apa”, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya.
Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab “apa” tetapi akan
dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” , misalnya mengapa batu banyak
macamnya, mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.
Sedangkan teknologi adalah hasil
produk pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpang-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungan.
Konon kata seni berasal dari
kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun
menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang
lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang.. Selain itu Seni juga
merupakan ekspresi keindahan. Seni identik dengan keindahan.Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada
penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia
memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah
berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di
atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya
sedikit pun retak-retak?”
Iman, Ipteks, dan Amal sebagai Kesatuan
Iman menurut arti bahasa adalah
membenarkan dalam hati dengan mengandung ilmu bagi orang yang membenarkan itu.
Sedangkan pengertian iman menurut syari’at adalah membenarkan dan mengetahui
adanya Allah dan sifat-sifat-Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan
dan disunahkan serta menjauhi segala larangan. Para sarjana muslim berpandangan
bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge)
dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dituliskan dalam lauhil
mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah (segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad
berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya). Ilmu Allah itu melingkupi
ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan
pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber
pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science). Dalam
pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang
disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah,
syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.
Seandainya penggunaan satu
hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur serta
mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai keagamaan maka ketika itu bukan
hasil teknologinya yang mesti disalahkan, melainkan kita harus memperingatkan
dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi
sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan
penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam.
Islam merupakan ajaran agama
yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti
ajarannya. sebagaimana yang
dinyatakan dalam Al-Qur’an S.Ibrahim/14:24-25 didalamnya disebutkan “Ayat di atas mengibaratkan bangunan
Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari
sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan
batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang yang berupa ilmu
pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi
dan seni. ”.
Dari penjelasan tersebut di
atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak
dengan dinul Islam (perumpamaan yang baik) bagaikan sebatang pohon
yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan
suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman
diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam,
ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Sedangkan amal ibarat buah
dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di
atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan
alam.
Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk Tuhan
yang paling sempurnaan. kesempurnaan ini membuat
manusia diberikan potensi untuk mengembangkan, memanfaatkan dan mengelola
sumber daya alam yang telah diciptakan Allah swt untuk kita dengan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni yang kita miliki. Oleh sebab itu marilah kita
menjaga dan melestarikan alam ini agar tidak punah dan tetap berpedoman pada
al-Qur’an dan as sunnah sebagai rasa syukur kita kepada Allah swt.
B. Saran
Untuk mengembangkan IPTEKS
harus kita didasair dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt agar dapat
memberikan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.
Daftar Pustaka
Ø http://Iptek dan Seni dalam Islam _
MasBied.com.html
Ø Alquran
dan Terjemahannya. (1986). Jakarta: Depag RI.
Ø ___.
(1999). Agama, Etos Kerja, dan Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia.
Bapindo, DKI Jakarta.
Ø Chatibul
Umam, (Ed.). (1988). Tipologi Manusia Pembangunan dalam Alquran. Jakarta: PTIQ.
Ø E.
Hasan Saleh. (2000). Studi Islam di Perguruan Tinggi: Pembinaan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan. Cetakan Kedua. Jakarta : ISTN.
Ø Endang
Saifuddin Anshari. (1983). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan
Umatnya. Bandung: Pustaka.
Ø Fachrudin
HS. (1992). Ensiklopedi Alquran, 2 jilid. Jakarta: Renika Cipta.
Ø Harun
Yahya. (2001). Bagaimana Muslim Berpikir? Jakarta: Rabbani Pres.
Ø Harry
Hamersma. (1990). Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Cetakan Keempat. Jakarta:
Gramedia.
Ø Maurice
Bucaille. (1986). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Alquran, dan Sains. Cetakan
Pertama. Bandung: Mizan.
Ø Majid
Ali Khan. (1987). Asal-Usul dan Evolusi Kehidupan: Pandangan Alquran. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: PLP2M.
Ø M.
Quraish Shihab. (1999). Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan & Malaikat
dalam Alquran dan Sunah. Jakarta: Lentera Hati.
Ø ___.
(1992). Membumikan Alquran. Cetakan Pertama. Bandung: Mizan.
Ø Muhammad
Isa Daud. (1995). Dialog dengan Jin Muslim: Pengalaman Spiritual. Cetakan
Pertama. Bandung: Pustaka Hidayah.
Ø M.
Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi: Firman Allah yang Tidak Dicantumkan dalam
Alquran. Cetakan Kesepuluh. Bandung: Diponegoro.
Ø Muchsin
Qara’ati. (1991). Tauhid: Pandangan Dunia Alam Semesta. Jakarta: Firdaus.
Ø Sindhunata.
(1982). Dilema Usaha Manusia Rasional. Jakarta: Gremedia.
Ø Syamsul
Rijal Hamid. (1997). Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Penebar Salam.
No comments:
Post a Comment